NAMA :REGINA LISTYA KARTIKASARI
NPM : 25210709
KELAS : 2EB20
PERANAN KOPERASI DALAMPEMBANGUNAN NASIONAL
Krisis  moneter yang melanda pada tahun 1997 setidaknya menjadi saksi sejarah  dan sekaligus memberikan pelajaran sangat berharga bahwa sesungguhnya  pengembangan ekonomi rentan terhadap badai krisis moneter. Sementara  itu, pada saat yang sama kita dapat menyaksikan bahwa ekonomi kerakyatan  (diantara mereka adalah koperasi), mampu menunjukkan daya tahannya  terhadap gempuran badai krisis moneter yang melanda Indonesia.
Pada  sisi lain, era globalisasi dan perdagangan bebas yang disponsori oleh  kekuatan kapitalis membawa konsekuensi logis antara lain semakin  ketatnya persai-ngan usaha diantara pelaku-pelaku ekonomi berskala  internasional. Dalam negara perdagangan bebas tersebut,  perusahaan-perusahaan multi nasional yang dikelola dengan mengedepankan  prinsip ekonomi yang rasional, misalnya melalui penerapan prinsip  efektifitas, efisiensi dan produktifitas akan berhadapan dengan, antara  lain, koperasi yang dalam banyak hal tidak sebanding kekuatannya.  Koperasi di Indonesia berfungsi sebagai badan usaha yang punya azas  kekeluargaan dan menguta-makan kesejahteraan anggota, tidak hanya melulu  mencari keuntungan saja, pada umumnya bidang usahanya banyak  meng-gunakan kandungan lokal, sehingga dapat memanfaatkan sumberdaya  yang ada di dalam negeri dan dapat dijadikan penghasil produk unggulan.
Keberadaan  koperasi akan sangat ditentukan oleh kesesuaian faktor-faktor tersebut  dengan karak-teristik masyarakat atau anggotanya.  Jika dilihat dari  kondisi sosial masyarakat Indonesia saat ini, maka dapat dihipotesakan  bahwa koperasi dapat tumbuh, berkembang, dan seka-ligus juga berperan  dan bermanfaat bagi masyarakat yang tengah berkembang dari suatu  tradisional dengan ikatan sosiologis yang kuat melalui hubungan  emosional primer ke arah masyarakat yang lebih heterogen dan semakin  terlibat dengan sistem pasar dan kapital dalam pemenuhan kebutuhan  hidupnya, atau yang juga dikenal dengan komu-nitas ‘bazar-ekonomi’.   Artinya koperasi tidak diharapkan dapat sangat berkem-bang pada  masyarakat yang masih sangat tradisional, subsisten, dan relatif  ‘tertutup’ dari dinamika sistem pasar; atau juga pada komunitas yang  telah menjadi sangat individualis, dan ber-orientasi kapital.  Dengan  perkataan lain, koperasi tidak diharapkan dapat berkembang optimal  disemua bentuk komunitas.  Sebagai bagian dari identifi-kasi berbagai  faktor fundamental tersebut maka perlu disadari bahwa pemenuhan  faktor-faktor tersebut memang dapat bersifat ‘trade-off’ dengan  pertimbangan kinerja jangka pendek suatu organisasi usaha konvensional.   Proses yang dilakukan dalam pengembangan koperasi memang mem-butuhkan  waktu yang lebih lama dengan berbagai faktor “non-bisnis” yang kuat  pengaruhnya.  Dengan demikian pemenuhan berbagai faktor fundamental  tersebut dapat menyebabkan indikator kinerja lain, seperti pertumbuhan  bisnis jangka pendek, harus dikorbankan demi untuk memperoleh  kepentingan yang lebih mendasar dalam jangka panjang.
Peningkatan  Citra Koperasi, pengembangan kegiatan usaha koperasi tidak dapat  dilepaskan dari citra koperasi di masyarakat.  Harus diakui bahwa citra  koperasi belum, atau sudah tidak seperti yang diharapkan.  Masyarakat  umumnya memiliki kesan yang tidak selalu positif terhadap koperasi.   Koperasi banyak diasosiasikan dengan organisasi usaha yang penuh dengan  ketidakjelasan, tidak profesional, justru mempersulit kegiatan usaha  anggota (karena berbagai persyaratan), banyak mendapat campur tangan  pemerintah, dan sebagainya.  Di media massa, berita negatif tentang  koperasi tiga kali lebih banyak dari pada berita positifnya (PSP-IPB,  1995); berita dari para pejabat dua kali lebih banyak dari berita yang  bersumber langsung dari koperasi, pada-hal prestasi koperasi diberbagai  daerah cukup banyak dan berarti.    Citra kope-rasi tersebut pada  gilirannya akan mempengaruhi hubungan koperasi dengan pelaku usaha lain,  maupun per-kembangan koperasi itu sendiri.  Bahkan citra koperasi yang  kurang ‘pas’ tersebut juga turut mempengaruhi pandangan mereka yang  terlibat di koperasi, sehingga menggantungkan diri dan mencari peluang  dalam hubungannya dengan kegiatan pemerintah justru dipandang sebagai  hal yang wajar bah-kan sebagai sesuatu yang ‘sudah seha-rusnya’  demikan.   Memperbaiki dan meningkatkan citra koperasi secara umum  merupakan salah satu tantangan yang harus segera mendapat perhatian.  
Perkembangan  koperasi secara nasional di masa datang diperkirakan menunjukkan  peningkatan yang signifikan namun masih lemah secara kualitas. Untuk itu  diperlukan komiten yang kuat untuk membangun koperasi yang mampu  menolong dirinya sendiri sesuai dengan jatidiri koperasi. Hanya koperasi  yang berkembang melalui praktek melaksanakan nilai koperasi yang akan  mampu bertahan dan mampu memberikan manfaat bagi anggotanya. Prospek  koperasi pada masa datang dapat dilihat dari banyaknya  jumlah koperasi,  jumlah anggota  dan jumlah manajer, jumlah modal,volume usaha dan  besarnya SHU yang telah dihimpun koperasi, sangat prosfektif untuk  dikembangkan. Model pengembangan koperasi pada masa datang yang  ditawarkan adalah mengadobsi koperasi yang berhasil seperti Koperasi  Kredit, Koperasi simpan pinjam dan lainnya  dan Model Pengembangan  Pemecahan Masalah sesuai dengan kondisi koperasi seperti  penataan  kelembagaan koperasi yang tidak aktif dan koperasi aktif tidak  melaksanakan RAT. Untuk memberdayakan koperasi baik yang sudah berjalan  dan tidak aktif perlu dibangun  sistem pendidikan yang  terorgniser dan  harus dilaksanakan secara konsesten untuk mengembangkan organisasi,  usaha dan mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya.Inilah salah satu  nilai koperasi yang tidak ada pada organisasi lain yang perlu terus  dilaksanakan dan dikembangkan.
Karena  pembangunan koperasi adalah proses memerlukan waktu panjang,  konsestensi, komitmen  dan kesabaran yang cukup tinggi. Koperasi tidak  bisa dibangun dalam waktu singkat dan parsial
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar